Monday, August 27, 2012

Problema Kamar Mandi a.k.a Toilet

Jujur, saya termasuk salah satu orang yang sangat ribet dalam memilih kamar mandi atau toilet saat berada di luar rumah. Ya, berbagai kriteria saya terapkan, hasilnya malah saya jadi ribet sendiri. Menurut saya, toilet ideal itu sih yang tertutup, banyak airnya, dan tidak bau haha. Klise banget sih sebenernya. Tapi for sure, susah loh sekarang cari toilet yang kayak gitu. Banyak sekali cerita saya tentang toilet umum, salah satunya itu yang baru saja saya alami beberapa hari yang lalu. Waktu itu saya dan teman-teman SMA sehabis nyekar ke salah satu makam guru kami di TPU Menteng Pulo, berhubung lokasinya di daerah Casablanca, gak afdol rasanya kalo kita langsung pulang. Minimal jalan dulu lah ke mal, soalnya banyak mal yang baru dibangun di daerah kuningan situ. Setelah memperhitungkan berbagai hal, akhirnya kami memilih pergi ke Kuningan City alias Kuncy. Malnya masih lumayan baru, dibuka beberapa bulan lalu. Berbeda dengan Mal di sebelahnya (Mal Ambassador), kayanya Kuncy emang disasar buat kalangan atas deh. Keadaannya mirip-mirip mal yang namanya ada 'siti-siti'nya, alias Senayan City ato Gandaria City hehe, tapi beda jauh kok ama Thamrin City LOL. Sehabis nonton di XXI Kuncy rasanya kok saya kebelet banget. Tapi toilet bioskop ya seperti biasa ngantrinya panjang banget. Akhirnya saya memutuskan untuk ke toilet Mal aja. Minta temenin sama temen tapi dia gak mau, yaudah saya sendiri saja. Toiletnya berada di lorong mirip toilet di tempat lain. Yang bikin saya bingung kok tanda Men sama Women nya menunjuk ke arah pintu yang sama -__-. Saya coba beranikan diri masuk, dan saya kembali dibuat bingung dengan keberadaan pintu toilet wanita yg sedang terbuka dan terlihat didalamnya ada ibu-ibu yang lagi ngaca di wastafel. Nah terus toilet pria-nya dimana? ternyata ada di belakangnya lagi, yang saya gak habis fikir kenapa desain ruangannya harus dibuat berkelok-kelok gitu kalo mau ke toilet pria. Pas nemu saya langsung masuk, dan disana ada 1 orang Janitor yg lagi ngepel, ditambah bapak2 yg lagi pipis. Ini nih yg saya tidak suka, kenapa sih tempat pipis laki-laki harus ngablak kaya gitu -__- bukannya gak semua laki-laki merasa nyaman sama jenis tempat pipis kaya gitu. Oke, saya langsung masuk ke toilet yang jenis bilik, seperti biasa. Namun, gatau saya yang ndeso ato gimana, pintunya ga bisa dikunci -__-. Tapi, kalo ditutup pintunya ya ketutup gak kebuka-buka gitu. Toiletnya lumayan canggih, buktinya pas saya pipis flush-nya nyala otomatis haha :norak: tapi walau gitu saya tetep pencet lagi tombol flush yang ada di tembok alias terpisah sama klosetnya. Nah ini nih yg bikin males, disana sama sekali gak ada aer selain aer yg ada di kloset. Huh, mana afdol kalo bersuci cuma pake tissue. Ini kan Indonesia bukan Amerika >_< dumel saya dalam hati. Udah gitu saya perjuangan banget nyari ujung tissuenya, saya raba-raba kotak tissunya tapi gak nemu tissuenya dimana, setelah beberapa menit baru ketemu, dasar bodoh. Satu hal lagi, saya merasa risih dan insecure dengan bilik toilet yang cuma dibatasin ama kaca burem, trus bawahnya bolong gitu, untung lg gak ada orang. Yang sialannya itu si Janitor yg lagi ngepel kok rese banget ngepel ampe ke dalem bilik lewat bawah, alhasil beberapa kali sendal saya disenggol kain pel-an. Selesai BAK saya segera keluar, dan berniat buat cuci tangan. Gak ngerti saya yang ndeso ato gimana, keran wastafelnya itu udah saya puter ampe saya tarik masih aja gak keluar airnya. Frustasi saya langsung tinggal aja tuh wastafel, dan selama perjalanan pulang saya kepikiran terus, kenapa gak saya teken aja tadi kerannya T_T. Dari cerita saya tadi, bisa ditarik kesimpulan kalo saya gak suka juga sama kamar mandi yg terlalu moderen haha, soalnya kering, gak ada airnya, gak bisa becek lantainya. Selain kamar mandi Mal, kamar mandi bandara juga termasuk yg saya kurang suka, soalnya kering juga -__- tapi seenggaknya di Bandara kaya Soetta gitu toiletnya full tertutup dan kalo gak salah masih ada airnya. Bayangin, sama toilet yang bersih aja saya risih, gimana sama toilet yang kotor. Sering banget saya memilih untuk menahan hasrat untuk pipis saya saat melihat keadaan toilet umum yang ada di negara ini haha. Tapi ya kalau memang sudah sangat kebelet, mau gimanapun pasti sangat bersyukur kalo nemu toilet, bagaimanapun kondisinya. Ada pelajaran hidupnya juga loh kasus toilet ini, yaitu 'Home Sweet Home'. Iyalaaaah, mau bagaimanapun kamar mandi di rumah sendiri itu udah paling nyaman banget. Itu yang bikin saya gak bisa pergi lama-lama dari rumah. Sekian cerita saya tentang kamar mandi ini, semoga ada hikmahnya hehehe

Monday, August 20, 2012

Akhirnya Aku Pilih Geografi UI

Mungkin banyak orang yang bertanya-tanya, kenapa Aku memilih jurusan Geografi di Universitas Indonesia. Sebagian besar lagi pasti menganggap aneh keputusan yang ku ambil. Baiklah, akan ku ceritakan perjalanan panjangku memilih jurusan Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. Berikut kisahnya:

Sama seperti siswa-siswa kelas XII SMA lainnya, Aku pun sempat merasakan yang namanya galau kuliah. Baik dari segi jurusan, hingga kampusnya. Kalau ditanya apa cita-citaku dulu, jujur dari zaman sekolah dasar aku selalu menjawab Arsitek, ya entah kenapa hanya arsitek yang terbayang olehku dulu. Mungkin karena pada saat itu aku sedang senang-senangnya menggambar dan melukis. Walaupun prestasiku dalam menggambar biasa saja, setidaknya aku pernah mendapat beberapa gelar juara di perlombaan. Beranjak ke masa SMP, aku masih saja berkeinginan menjadi seorang arsitek, walau keinginan itu sempat goyah juga akhirnya. Ya, aku pernah mengganti cita-cita ku menjadi seorang akuntan. Pada saat itu aku terinspirasi oleh beberapa orang sukses lulusan salah satu perguruan tinggi kedinasan di Bintaro, yang memang sangat terkenal gaungnya. Beranjak SMA, cita-citaku semakin tak menentu. Tak tahu kenapa tiba-tiba aku mulai tidak tertarik menjadi arsitek. Merasa penasaran, aku kerapkali mengikuti tes psikologi serta tes minat dan bakat. Anehnya, setiap memilih jurusan tertentu, selalu saja psikolog mengatakan iya aku bisa mengambilnya.
Hingga akhirnya, aku tertarik dengan salah satu program studi di Universitas Indonesia, Sistem Informasi. Semangatku untuk masuk jurusan tersebut sangat besar. Bahkan aku sempat mengikuti open house fakultas ilmu komputer dan berkonsultasi dengan beberapa senior disana. Hingga sekarang, semua brosur dan pernak-pernik yang aku dapatkan dari Fasilkom masih ku simpan semua dengan rapi. Namun, semakin lama ku mencari tahu tentang jurusan tersebut, semakin goyah pula pilihanku. Padahal aku pernah mencapai titik dimana sistem informasi menjadi harga mati bagiku. Bahkan, Ayah dan Ibuku sampai heran melihat diriku yang sangat kekeuh memilih jurusan tersebut. Lama kelamaan keinginan itu pun semakin pudar dan menghilang. Di pertengahan kelas XII aku mengikuti salah satu kompetisi ekonomi tingkat nasional di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Alhamdulillah, aku lolos hingga babak final bersama teman-teman dan pembimbingku. Hampir seminggu aku dan teman-teman harus pulang pergi Jakarta-Depok untuk mengikuti rangkaian kegiatan lomba di FEUI. Hal tersebut dengan mudahnya membuat diriku terbuai akan kedahsyatan ilmu ekonomi, padahal aku seorang anak IPA di sekolah. Ya, lama-lama aku mulai terpesona dengan kemegahan gedung FEUI. Itu pulalah yang membuatku melakukan perubahan besar bagi hidupku. Ya, dengan hati mantap aku lebih memilih hijrah ke Ilmu Pengetahuan Sosial selepas aku mengentaskan Ujian Nasional Ilmu Pengetahuan Alamku. Sejak saat itu aku berikrar untuk mempelajari ilmu sosial secara bersungguh-sungguh. Sengaja aku mengikuti bimbel IPS untuk mengejar ketertinggalanku. Luar biasa, nikmat betul rasanya belajar karena dorongan diri sendiri. Ya, aku mengikuti bimbel tanpa beban. Hari demi hari kulewati dengan semangat.
Pengumuman siapa saja siswa yang berhak mengikuti snmptn jalur undangan telah keluar. Syukur alhamdulillah, aku salah satunya. Jujur, walaupun senang, aku benar-benar tidak mau berharap banyak dengan jalur undangan. Ya, nilai pelajaran eksak-ku hampir semuanya menurun dan tak ada peningkatan. Tapi, bagaimanapun aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. Aku pun membeli formulir snmptn undangan itu. Kini, aku dihadapkan kembali dengan pilihan jurusan. Teringat olehku salah satu jurusan unik yang ada di UI, ya Geografi. Geografi di UI berbeda dengan Geografi di kampus lain, sebab ia meminta input mahasiswa yang berasal dari program IPA. Jurusan ini sudah terpikirkan sejak lama olehku, namun, entah kenapa selalu saja hanya terlintas tanpa ada keinginan untuk mencari tahu lebih banyak. Selama ini, jurusan itu pula lah yang senantiasa bisa aku dapatkan melalui try out. Sejak saat itu, aku terus mencari informasi mengenai Geografi UI. Luar biasanya, aku malah semakin tertarik dan belum bisa menemukan sisi tidak menarik dari jurusan tersebut. Aku baru tahu, bahwa ilmu geografi itu sendiri ternyata sangat luas. Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, ku memilih jurusan tersebut sebagai pilihan pertama di SNMPTN jalur undangan. Sedangkan di pilihan kedua, entah angin darimana tiba-tiba aku memilih jurusan teknik lingkungan, sangat absurd memang. Sambil harap-harap cemas pengumuman undangan, aku masih rajin ikut bimbel IPS. Di bimbel IPS, aku semakin banyak mengetahui Geografi. Ya, ilmu geografi memang sangat cocok untukku.
Karena tidak percaya diri, hari pertama pendaftaran snmptn tulis aku langsung mendaftar. Dengan mengucap bismillah pula, aku memilih jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia, disusul dengan ekonomi pembangunan Universitas Brawijaya. Hari-hari ku isi dengan belajar sambil menanti pengumuman dan harap-harap cemas.
Hari itu, pagi harinya, aku mengikuti kelas Geografi di tempat bimbel. Dan pada sore harinya, aku dinyatakan  lolos seleksi masuk snmptn undangan program studi Geografi, Universitas Indonesia. Benar-benar keadaan yang luar biasa. Segala puji syukur aku dan keluarga panjatkan ke hadirat Allah SWT.