Thursday, February 13, 2014

Jalan-jalan Ke Bengkulu

Awalnya tidak pernah terpikirkan oleh saya untuk jalan-jalan ke Bengkulu, namun, ternyata saya mendapatkan kesempatan untuk merasakannya. Ini bermula ketika adik saya kebetulan lolos seleksi debat tingkat provinsi dalam rangka hari pers nasional dan berhak mengikuti lomba tingkat nasional di Kota Bengkulu. Mendengar kabar tersebut Ayah saya jadi teringat janjinya dengan teman lama yang sudah hampir tiga puluh tahun tidak bertemu untuk berkunjung ke Bengkulu, ternyata inilah saatnya. Karena sedang liburan dan tidak ada rencana kemana-mana, maka saya memutuskan untuk ikut juga. Lumayan, saya tinggal modal tiket pesawat pulang-pergi saja, sisanya tentu dibayarin Ayah saya dong :p, sedangkan adik saya pergi bersama teman-temannya dan tentu saja dibayarkan oleh penyelenggara lomba.
Untuk mencapai kota Bengkulu dari Jakarta kita bisa menggunakan berbagai sarana transportasi udara, darat, dan laut. Maskapai penerbangan yang melayani rute Jakarta (CGK)-Bengkulu (BKS) antara lain Garuda Indonesia, Citilink, Lion Air, dan Sriwijaya Air. Kali ini saya memilih Citilink sebagai alat transportasi pulang dan pergi, alasannya sederhana, karena nyaman dan murah. Saat itu biayanya sekitar Rp 900.000-an untuk pulang pergi. Oh iya, nama bandara di bengkulu adalah Fatmawati Soekarno Airport, nama ini adalah hasil pengubahan yang dilakukan oleh Bu Megawati Soekarnoputri karena awalnya bandara di Bengkulu bernama Padang Kemiling Airport. Tidak ada perbedaan waktu antara Jakarta dan Bengkulu.
Setelah solat subuh saya segera ke terminal 1C bandara Soetta, counter check-in citilink menjadi yang tersibuk pada saat itu, sehingga saya harus menunggu cukup lama untuk check-in. Tiba di boarding room waktu sudah pukul 07.00 kurang, tidak lama setelah itu saya pun boarding. Alhamdulillah tepat waktu. Pesawat yang awalnya saya kira sepi ternyata penuh oleh penumpang, hampir semuanya orang Jakarta, mereka juga bagian dari pelaksanaan Hari Pers Nasional (HPN) 2014. Perjalanan dari Jakarta ke Bengkulu hanya membutuhkan waktu satu jam lho, sehingga pada pukul 08.20 saya sudah tiba disana. Panas! itu adalah kesan pertama yang saya rasakan. Saya juga cukup kaget melihat bandara fatmawati yang sangat kecil. Bahkan tidak tersedia gerbatara untuk turun dari pesawat, selain itu proses menurunkan barang dari bagasi hingga diletakkan ke conveyors semua terlihat oleh penumpang. Pada saat itu kami dijemput oleh teman lama Ayah saya.
Bandara Fatmawati Soekarno (sumber: http://archipelagofastfact.files.wordpress.com/2012/08/bandara-udara-fatmawati-soekarno-bengkulu.jpg)
Kota Bengkulu sangat sepi, hampir tidak ada kemacetan disana. Wajar memang, saya pernah membaca salah satu artikel di internet yang mengatakan bahwa kota Bengkulu merupakan ibukota provinsi paling sepi di pulau sumatera (kurang dari dua juta penduduk). Perjalanan dari bandara ke pusat kota dapat ditempuh dalam waktu beberapa menit saja. Bahkan ketika pulang saat saya sedang antre boarding ke pesawat adik saya masih di hotel, padahal kami naik pesawat yang sama! tapi karena tidak ada kemacetan bisa-bisanya dia tidak tertinggal pesawat. Teman lama Ayah saya ini merantau ke Bengkulu sejak belasan tahun yang lalu, walaupun kota Bengkulu sangat sepi tapi ternyata bisnis rumah makan minang-nya berkembang pesat disini, bahkan dia sudah memiliki tiga cabang! mengetahui hal itu, Ayah saya jadi ngiler untuk ikut berdagang disana ataupun sekadar membeli rumah atau tanah. Apalagi suasananya sangat mirip dengan kampung halaman saya di Pariaman, Sumatera Barat. Begitu pula dengan landmark kotanya, jika di Pariaman terkenal dengan "Tabuik", maka disini ada "Tabot".
Tabuik Pariaman (sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjraOM0QAiYroBNSAfQ5Shlb9syZZRn-f2MedQcEF45kRpuPCMVQT64bdXYaKgMwjzf7fsGhQZ1MJGlB1jwDSbxHDrLAn5lRdHGx3qhyTjusig4Wh5RRUA04FCCSLff096X6mgAcd8a7yg/s640/tabuik.jpg)
Tabot Bengkulu (sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxF_IOi3r2_OWV2FFvExNVAi7qtDvRvHwJSX3Kb6a8bSkQk2ja23FrqeF2pQVIYE-zBh6qIqLDcAdvoogkgAKOKWYHBvL_DYdTFvMUFEMuFrzEtGueplpBfaUVP3VPt8wLAI0UpnF2-9Y/s1600/bengkulu+19+-+tugu+khas+di+perempatan+jalan.jpg)
Kota Bengkulu merupakan masyarakat yang multietnis, selain masyarakat asli Bengkulu, banyak juga para pendatang yang berasal dari Minangkabau, Jawa, Sunda, Batak, dan lain-lain. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat bengkulu adalah bahasa Melayu yang mirip dengan melayu Jambi ataupun Palembang dan juga Minang yang didominasi oleh huruf vokal "o". Misalnya, kenapa menjadi kenapo, berapa jadi berapo, kemana jadi kemano. Hampir semua masyarakat di Kota Bengkulu dapat berbahasa Indonesia dengan baik, sehingga anda tidak perlu khawatir dengan permasalahan bahasa jika berkunjung kesini. Walaupun hampir seluruh warganya beragama Islam, memakai kerudung bagi pelajar di sekolah bukan hal yang wajib disini. Berbeda dengan di Sumatera Barat ataupun Aceh. Di kota ini saya juga bisa menemukan dengan mudah hampir semua rumah ibadah mulai dari mesjid, hingga geraja, wihara, dan pura.
Kota Bengkulu sendiri memiliki beberapa tujuan wisata yang menarik. Sayang sekali rasanya jika kita tidak mengunjunginya apabila kesana. Tempat wisata yang pertama adalah Pantai Panjang. Kenapa namanya Pantai Panjang? Ya, saya rasa sangat jelas, pantainya memang sangat panjang sekali. Sudah cukup membuat anda lelah jika berjalan kaki dari ujung satu ke ujung yang lain. Pantainya cukup indah menurut saya, pasirnya juga putih, dan suasananya pun masih sepi.
Pantai Panjang (sumber: http://galeriwisata.files.wordpress.com/2010/01/pantai-pasir-panjang-bengkulu7.jpg)
Selain Pantai Panjang, masih ada beberapa pantai lagi di Kota Bengkulu. Antara lain Pantai Zakat, Pantai Tampak Paderi, Pantai Nala, dan lain-lain. Cukup banyak ya, Bengkulu memang Kota Pesisir.
Yang Kedua ada Benteng Marlborough, ya, ini merupakan salah satu tempat paling terkenal di Kota Bengkulu. Letaknya dekat dengan Pantai Panjang. Benteng ini merupakan peninggalan Inggris. Ya, sebagai informasi, Bengkulu merupakan satu-satunya wilayah di Sumatera yang diduduki Inggris pada saat itu.
Benteng Marlborough (sumber: http://wisatamelayu.com/id/img/wisata/p48508428dafff.jpg)
Tujuan wisata berikutnya adalah Rumah Pengasingan Bung Karno yang letaknya di kelurahan Anggut. Nah waktu itu saya naik angkot berwarna kuning dari Pasar Panorama untuk menuju ke tempat ini. Bung Karno memang pernah diasingkan di Kota Bengkulu oleh Belanda. Kabarnya dulu Bengkulu merupakan wilayah epidemik malaria, banyak orang belanda yang meninggal karena penyakit itu disini. Itulah yang menjadikan alasan mengapa Bung Karno diasingkan disini. Rumahnya masih terawat dengan baik. Disana kita bisa lihat beberapa peninggalan Soekarno seperti buku-buku koleksi pribadi, foto-foto, peralatan rumah tangga, hingga sepeda ontel yang digunakannya. Untuk biaya masuknya saat itu saya diminta membayar Rp 5.000 untuk dua orang. Tapi saya tidak mendapat bukti apapun seperti tiket dan lainnya. Nah, tidak jauh dari rumah pengasingan, saya berjalan kaki menuju simpang lima untuk ke rumah Ibu Fatmawati. Rumahnya terletak di pinggir jalan. Sangat mudah untuk ditemui. Isinya tidak jauh berbeda dengan yang ada di rumah pengasingan. Bedanya ini punya Bu Fatmawati, disini juga ada mesin jahit yang digunakan untuk menjahit bendera merah putih untuk pertama kalinya lho. Rumah ini dikelola langsung oleh keluarga Bu Fatmawati, dan enaknya lagi ini gratis hehe.
Rumah Pengasingan Bung Karno (sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMbN_cuxrToaLNmK5Ovv-ZLtR1yA40OJNl5di0qed-O1x8YOADXBwEtfvmPEOnsNUprt0mxQSMcBRhnIrrU1w7OFyf_r9FfG1OQCBUSOKxzzl0CpThOJF7XnWubg5JSPRCROaroGscp3w/s1600/IMG_4362.JPG)
Rumah Fatmawati (sumber: http://yanti.fahiza.com/wp-content/uploads/2012/10/statistik_7_20110409_2046937132.jpg)
Berikutnya adalah Danau Dendam Tak Sudah. Wah namanya unik sekali ya. Jika dibandingkan dengan Danau Toba ataupun Danau Maninjau danau ini memang tidak ada apa-apanya, karena sangat kecil layaknya Situ Babakan di Jakarta. Tapi keasrian dan kealamian lingkungannya cukup indah untuk dinikmati. Suasananya juga sangat sepi disini. Mungkin kalau di Jakarta tempat ini sudah ramai digunakan untuk berpacaran oleh cabe-cabean dan terong-terongan hehe.
Danau Dendam Tak Sudah (sumber: http://3.bp.blogspot.com/-ghdxjVlg5aQ/Tnf0CLlg5pI/AAAAAAAAADY/N-Lj04A-H_8/s1600/danau%2Bdendam%2Bbengkulu5.jpg)

Nah, bagi anda yang suka foto-foto ada salah satu spot foto terbaru di Kota Bengkulu. Namanya Tugu Pers. Tugu ini berbentuk Pena yang dibawahnya terdapat beberapa bunga rafflesia buatan. Tugu ini baru saja diresmikan oleh Presiden SBY beberapa saat yang lalu saat puncak pelaksanaan Hari Pers Nasional 2014. Letaknya ada di antara Benteng Marlborough dan Pantai Panjang.
Tugu Pers (sumber: dokumen pribadi)
Itu dia beberapa tempat yang bisa anda kunjungi jika jalan-jalan ke Bengkulu. Untuk sarana transportasinya, bisa menggunakan angkot. Angkot disini hanya dibedakan berdasarkan warna, bukan nomor. Tidak ada tulisan tujuan pada setiap angkot. Supaya lebih yakin, tanyakan terlebih dahulu kepada sopir angkot apakah melewati tempat tujuan kita atau tidak. Ongkos untuk sekitar kota Bengkulu sekitar Rp 3.000. Oh iya, tenang saja, rute angkot disini "itu-itu" saja kok. Mereka hanya berputar-putar di Kota Bengkulu yang tidak terlalu besar. Semuanya juga melewati pasar panorama. Untuk oleh-olehnya, ada sirup jeruk kalamansi, perut punai, ikan kase, ikan beledang, ikan beleberan, kue tat, coklat durian, kopi khas Bengkulu, dan lain-lainnya. Oleh-oleh ini bisa didapatkan di sekitar Jalan Soekarno-Hatta (dekat rumah pengasingan Bung Karno).