Tuesday, April 29, 2014

Kota Batam, Mutiara di Seberang Singapura

Tugas Besar Mata Kuliah Geografi Manusia 2 (Kelas B)
Nama                  : Salman Al Farisi
NPM                  : 1206216140
Jumlah Kata        : 2454 Kata
Kota Batam, Mutiara di Seberang Singapura

Identitas Kota Batam

Kota Batam merupakan sebuah kota industri yang terletak di Provinsi Kepulauan Riau dan berbatasan langsung dengan Singapura, serta sangat dekat dari Malaysia. Besar Kota Batam melebihi Kota Tanjung Pinang yang merupakan ibukota dari Provinsi Kepulauan Riau itu sendiri. Posisinya yang strategis menjadikan Kota Batam sebagai salah satu kota dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia. Identitas Kota Batam dapat dijabarkan lebih lanjut melalui teori mengenai identitas kota yang ada dalam buku “The Image of The City” karangan Prof. Kevin Lynch. Secara garis besar beliau telah menemukan dan mengumpulkan lima elemen pokok yang digunakan oleh orang-orang untuk membangun gambaran visual mereka terhadap sebuah kota. Kelima elemen tersebut, antara lain, Paths (Jalur), Landmarks (Tengaran), Nodes (Simpul), Districts (Kawasan), dan Edges (Batas). Elemen yang pertama adalah paths (jalur) yang merupakan jalur sirkulasi yang digunakan oleh orang-orang untuk melakukan pergerakan. Sama halnya dengan kota-kota lain, Kota Batam juga memiliki Paths. Beberapa paths yang populer di Kota Batam, yaitu, Jalan Sudirman, Jalan Ahmad Yani, Jalan Hang Tuah, dan Jalan RE. Martadinata. Jalan-jalan tersebut dinilai memiliki fungsi yang sangat penting dalam menyokong pertumbuhan ekonomi Kota Batam. Elemen yang kedua adalah Landmarks (tengaran). Kota Batam memiliki beberapa landmark yang secara mudah dikenal oleh orang-orang secara luas. Baik yang sifatnya nampak secara fisik maupun non fisik. Beberapa landmark yang tampak secara langsung (fisik), yaitu, Jembatan Barelang, Pantai Coastarina, Maha Vihara Duta Maitreya, Patung Dewi Kwan Im, dan Masjid Agung Batam Centre. Jembatan Barelang sendiri menjadi sangat terkenal karena juga sering digunakan dalam berbagai logo pemerintahan maupun perusahaan swasta di Kota Batam. Sedangkan kondisi Kota Batam sebagai kota industri yang telah tertanam dalam benak masyarakat adalah contoh landmark non fisik. Elemen yang ketiga adalah Nodes (Simpul). Nodes adalah pusat aktivitas, yang juga sebuah tipe dari landmark yang berfungsi aktif. Node merupakan simpul-simpul pertemuan dari path. Nodes yang familiar bagi masyarakat Kota Batam adalah Batam Centre dan Alun-alun Engku Putri. Tempat-tempat tersebut seringkali dijadikan tempat berkumpul dan bertemu masyarakat Kota Batam. Elemen yang keempat adalah districts (kawasan). Sebuah kota terdiri dari bagian kawasan yang disebut district seperti: pusat kota, uptown, midtown, daerah perumahan, industri, suburban, dan lain sebagainya. Kadang lingkungan ini berbeda dalam bentuk dan besarnya, dan kadang berbaur menjadi sebuah karakter dan tidak mempunyai batas (pemisah) yang jelas. Berbagai districts yang familiar ditelinga masyarakat Kota Batam, yaitu, Batam Centre, Batamindo Industrial Park, Batu Ampar Industrial Estate, Taiwan International Industrial Estate, Neo Coastarina, dan lain sebagainya. Elemen kelima adalah edges (batas). Edges merupakan pinggiran dari sebuah district atau batas-batas district antara district yang satu dengan yang lainnya, baik berupa topografi alam atau bentuk buatan, seperti jalur hijau, tepi laut atau dinding. Karena Kota Batam terdiri dari beberapa pulau, maka batas-batas wilayah ditandai dengan keberadaan selat dan jembatan. Selain itu, keberadaan pelabuhan dan bandar udara juga identik sebagai perbatasan yang memiliki fungsi sebagai pintu masuk dan keluar dari Kota Batam.


Pengembangan Klaster Industri di Kota Batam

Sebagai sebuah kota industri, perdagangan, dan jasa, Kota Batam dinilai tepat untuk mengembangkan konsep Klaster Industri dalam rangka memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh kota tersebut. Menurut Munnich Jr.,  et al (1999), Klaster Industri adalah konsentrasi geografis dari perusahaan dan industri yang saling berkompetisi, komplementer, atau saling terkait, yang melakukan bisnis satu dengan lainnya dan/atau memiliki kebutuhan serupa akan kemampuan, teknologi dan infrastruktur. Sejauh ini diyakini bahwa pengembangan/penguatan klaster industri merupakan alternatif pendekatan yang efektif, khususnya untuk membangun keunggulan daya saing industri, dan pembangunan daerah (regional development) pada umumnya. Saat ini terdapat dua ide utama mengenai pengembangan bisnis dengan konsep klaster industri di Kota Batam, yaitu, Klaster Industri Perkapalan dan Klaster Industri Akuakultur (Aquaculture Cluster Industry). Klaster industri perkapalan sebelumnya sudah ada di Kota Surabaya, dan terbukti sukses dalam mendongkrak perekonomian, apalagi posisi Kota Surabaya sebagai kota pelabuhan juga dinilai memiliki andil besar dalam pesatnya perkembangan industri tersebut. Lokasi Kota Batam yang berada di provinsi kepulauan serta posisinya yang strategis, baik dari segi geografis maupun ekonomis, semakin mempertebal keyakinan bahwa proyek ini dapat memberikan keuntungan yang signifikan. Tidak hanya itu, sudah tersedianya 36 industri galangan kapal di Kota Batam, yang merupakan kota dengan industri galangan kapal terbanyak di Indonesia juga memperkuat posisi Kota Batam jika berhasil merealisasikan klaster industri perkapalan tersebut. Data lainnya menunjukkan Kota Batam juga memiliki kapasitas reparasi industri galangan yang terbesar di Indonesia, sebesar hampir 3000 unit, mengalahkan DKI Jakarta yang hanya mampu memenuhi sekitar 1300 unit. Selain usulan mengenai pengembangan klaster industri perkapalan, ada juga usulan mengenai klaster industri akuakultur. Pengembangan klaster industri jenis ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing produk perikanan Batam sehingga dapat meningkatkan perekonomian regional Batam. Usulan pengembangan yang diajukan oleh Batam Technology Center (BTC) ini memiliki peran untuk membantu nelayan untuk mendapatkan akses teknologi, meningkatkan keterampilan nelayan dalam memanfaatkan teknologi dan memberikan bimbingan konsultasi di bidang kewirausahaan, manajemen, keuangan, dan inovasi produk. Beberapa poin penting yang ada pada suatu klaster industri, antara lain, adanya hubungan input-output secara formal, keterkaitan penjual dan pembeli, perusahaan-perusahaan yang terkonsentrasi pada suatu wilayah atau area geografis, dan pembagian faktor pasar yang terspesialisasi. Lebih dari itu, kesuksesan sebuah klaster industri tentunya dipengaruhi oleh berbagai pelaku (stakeholders) yang terbagi menjadi enam kelompok, yaitu, industri inti, industri pemasok, industri pendukung, industri terkait, pengguna, dan institusi pendukung. Keberadaan klaster industri tidak melulu dikaitkan dengan berbagai industri besar, justru dengan adanya klaster industri diharapkan dapat membantu berbagai pengusaha industri kecil dan menengah. Termasuk di dalamnya bahkan sampai dibahas mengenai makanan untuk para karyawan. Apabila industri-industri kecil dan dan Menengah ini diberikan peran yang sesuai, maka perekonomian di Kota Batam disinyalir akan semakin kuat karena industri kecil dan menengah telah terbukti mampu menyelamatkan perekonomian Indonesia yang terpuruk pada tahun 2000-an berkat sifatnya yang unbankable.


Batam Centre Sebagai Central Business District

Sama halnya dengan kota-kota lain di seluruh dunia, Kota Batam juga memiliki Pusat Daerah Kegiatan (PDK) atau biasa disebut Central Business District (CBD). Wilayah itu bernama Batam Centre. Secara singkat, CBD dapat diartikan sebagai pusat perdagangan dan jasa. Kota dengan slogan “Terwujudnya Kota Batam Sebagai Bandar Dunia Madani yang Modern dan Menjadi Andalan Pusat Pertumbuhan Perekonomian Nasional” ini menempatkan berbagai fasilitas penting, seperti berbagai kantor institusi pemerintahan, kantor Badan Pengusahaan (BP) Batam, Kantor perusahaan swasta, pusat perbelanjaan, sarana dan prasarana kesehatan, pendidikan, pelayanan transportasi, dan lain sebagainya di Batam Centre. Beberapa institusi pemerintahan yang berada di Batam Centre, yaitu, Kantor Pemerintahan Kota Batam, Perpustakaan Umum dan Arsip, Kantor Satuan Pamong Praja, Dinas Tata Kota, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumberdaya, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Penanaman Modal, dan masih banyak lagi. Kota Batam memiliki keunikan dari segi struktur organisasi kepemimpinannya. Terdapat dualisme kepemimpinan di Kota Batam, pihak pertama adalah Pemerintah Kota yang mengurusi segala hal yang berhubungan dengan administrasi kependudukan, sedangkan pihak kedua adalah Badan Pengusahaan (dahulu bernama Badan Otoritas) yang mengurusi bagian investasi dan perizinan. Keunikan ini semakin bertambah karena Badan Pengusahaan Kota Batam juga meletakkan kantornya di Batam Centre. Selain itu, berbagai kawasan industri juga berdiri di Batam Centre, diantaranya, Citra Buana Centre Park Phase III, Executive Industrial Park, Hijrah Industrial Estate, Kara Industrial Park, Puri Industrial Park 2000, dan Sarana Industrial Point. Di Batam Centre juga tersedia berbagai pusat perbelanjaan dan perniagaan, salah satu yang paling terkenal adalah Mega Mall Batam Centre. Tidak hanya itu, Kota Batam adalah salah satu Kota di Indonesia yang memiliki Pelabuhan Feri Internasional. Salah satu pelabuhan tersebut adalah Pelabuhan Batam Centre. Pelabuhan penyeberangan internasional yang terletak di di Pantai Utara Batam ini menghubungkan Kota Batam dengan Pelabuhan Harbour Front, Singapura serta Pelabuhan Situlang Laut dan Pasir Gudang di Johor Bahru, Malaysia. Setidaknya terdapat 1,3 juta turis mancanegara yang berkunjung ke Kota Batam setiap tahunnya. Sebagian dari mereka memanfaatkan layanan kapal feri yang berada di beberapa pelabuhan internasional tersebut. Untuk Pelabuhan Internasional Batam Centre, perjalanan lintas negara tersebut dijalankan oleh dua operator, Batam Fast dan Penguin. Dari segi kesehatan, Batam Centre juga memiliki sarana dan prasarana terkait. Dua buah rumah sakit yang cukup lengkap fasilitasnya adalah Rumah Sakit Awal Bros dan Rumah Sakit Otorita Batam. Selain itu terdapat pula berbagai rumah sakit, klinik pengobatan, apotek, dan sarana kesehatan lainnya di Batam Centre. Begitu juga dari segi sarana dan prasarana pendidikan, banyak tersedia berbagai sekolah mulai dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Perguruan Tinggi di Batam Centre. Masih banyak lagi objek-objek menarik lain di Batam Centre. Keberadaan Batam Centre sebagai Central Business District tentu memiliki pengaruh yang besar dalam pengembangan Kota Batam secara keseluruhan. Mengingat banyaknya berbagai institusi baik pemerintah dan swasta yang menempatkan kantor dan fasilitas yang dimilikinya di kawasan Batam Centre ini. Jadi, Bisa dikatakan bahwa segala sesuatunya terdapat di Batam Centre sehingga masyarakatnya dapat memenuhi segala kebutuhan dengan lebih mudah.


Kota Batam sebagai Pusat Transit

Letak Kota Batam yang berdekatan dengan Singapura dan Malaysia serta kedudukannya sebagai kota industri telah berhasil mengundang banyak pihak untuk berkunjung kesana. Namun, sebagian besar kunjungan tersebut biasanya hanya bermotifkan tujuan untuk sekadar transit, bukan menjadikan Kota Batam sebagai kota tujuan utama. Hal tersebut wajar saja terjadi. Sebagai contoh, walaupun saat ini sudah banyak penerbangan murah (low cost carrier) dari berbagai Kota di Indonesia menuju Singapura dan Malaysia, namun sebagian besar masyarakat masih merasa terbebani dengan biaya pajak bandara (airport tax) untuk penerbangan internasional yang terus naik. Tidak hanya itu, penawaran harga tiket murah biasanya tidak mencakup biaya bagasi dan makanan. Sehingga, apabila dijumlahkan tetap saja akan berujung pada harga tiket yang mahal. Oleh sebab itu, sebagian masyarakat menyiasati kunjungan mereka ke Singapura maupun Malaysia dengan membeli tiket penerbangan dari Kota Asal ke Kota Batam terlebih dahulu. Dari Batam mereka dapat melanjutkan perjalanan ke Singapura dan Malaysia dengan menggunakan kapal feri. Selain biaya tiketnya jauh lebih murah, biaya pajak pelabuhan tentu jauh lebih murah dibandingkan dengan pajak penerbangan internasional, bahkan pajak pelabuhan biasanya sudah termasuk dalam tiket kapal feri. Dan yang tidak kalah penting, perjalanan dengan menggunakan kapal feri dinilai tidak kalah nyaman dengan perjalanan lewat udara, karena turut dilayani dengan pelabuhan berkelas internasional. Alasan lainnya, banyak juga masyarakat yang memang ingin merasakan pengalaman perjalanan laut, apalagi sebagian besar masyarakat Indonesia yang ingin ke Singapura dan Malaysia memang ingin berlibur sehingga tidak dikejar-kejar oleh waktu. Fenomena ini sebenarnya dapat dikaji lebih lanjut menggunakan Teori Titik Henti (Breaking Point Theory). Teori Titik Henti merupakan hasil modifikasi dari Model Gravitasi Reilly. Teori ini memberikan gambaran tentang perkiraan posisi garis batas yang memisahkan wilayah-wilayah perdagangan dari dua kota atau wilayah yang berbeda jumlah dan komposisi penduduknya. Teori titik henti ini juga dapat digunakan dalam memperkirakan penempatan lokasi industri atau pusat pelayanan masyarakat. Penempatan dilakukan di antara dua wilayah yang berbeda jumlah penduduknya agar terjangkau oleh penduduk setiap wilayah. Selain dijadikan sebagai kota transit menuju Singapura dan Malaysia, saat ini Kota Batam juga dijadikan sebagai kota transit menuju kota-kota lain, khususnya yang berada di Pulau Sumatera. Contohnya, saat ini tidak tersedia penerbangan langsung dari Padang ke Palembang. Sebelumnya, warga Padang yang ingin ke Palembang dengan pesawat udara harus transit di Bandar Udara Soekarno-Hatta (Jakarta) terlebih dahulu baru pindah pesawat ke tujuan Palembang. Selain biayanya lebih mahal, waktu yang dihabiskan pun tidaklah sebentar. Namun, saat ini Kota Batam mampu meng-cover hal tersebut. Warga Padang dapat transit di Batam lalu naik pesawat ke Palembang. Selain biayanya lebih murah, waktu yang dibutuhkan pun lebih sebentar. Saat ini Bandar Udara Internasional Hang Nadim, Kota Batam melayani berbagai rute domestik dan internasional dari dan ke berbagai kota, antara lain, Pontianak, Bandar Lampung, Jambi, Pangkal Pinang, Jakarta, Padang, Pekanbaru, Bandung, Kualanamu, Surabaya, Yogyakarta, Balikpapan, Denpasar, Semarang, dan Bengkulu, serta Kuala Lumpur. Sedangkan maskapai penerbangan yang melayani rute-rute tersebut antara lain, Lion Air, Wings Air, Citilink, Sriwijaya Air, Garuda Indonesia, Firefly, dan Malaysia Airlines. Semakin bertambahnya rute dari dan menuju Kota Batam dapat pula dikaitkan dengan Growth Pole Theory mengenai Leading Industry. Jika awalnya orang-orang hanya memiliki tujuan bisnis ke Kota Batam, namun lama kelamaan muncul motif lain, seperti ingin berwisata karena jenuh dalam bekerja. Awalnya hanya ada kawasan-kawasan industri. Namun, kini muncul pula berbagai pusat hiburan dan perbelanjaan. Aglomerasi pun tidak dapat terhindarkan lagi. Setiap individu maupun kelompok ingin membina keterkaitan produksi, teknologi, pemasaran antar kegiatan demi mengatasi hambatan eksternal secara bersama-sama. Sebagai bukti, menurut sensus penduduk tahun 2000 tentang komposisi etnis Kota Batam, etnis Jawa mendominasi dengan nilai 26,78 %, diikuti oleh Melayu 17,61 %, Batak 14,97 %, Minangkabau 14,93 %, Tionghoa 6,26 %, Bugis 2,29 %, Banjar 0,67 %, dan lainnya 16,47 %. Hal ini tidak terlepas dari adanya proses difusi. Kini, Kota Batam semakin berbenah diri, untuk mewujudkan sebuah visi mulia “Terwujudnya Kota Batam sebagai Bandar Dunia Madani yang Modern dan Menjadi Andalan Pusat Pertumbuhan Perekonomian Nasional”.







Daftar Pustaka
·         Badan Pusat Statistik. (2014). Batam Dalam Agka 2013. http://batamkota.bps.go.id/publikasi/detail/110?title=Batam-Dalam-Angka-2013. Diakses pada 25 April 2014 Pukul 21.00 WIB
·         BPPT. (2014). BPPT Dukung Batam Bangun Klaster Industri Perkapalan. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://www.bppt.go.id/index.php/daftar-berita-setama/1777-bppt-dukung-batam-bangun-klaster-industri-perkapalan. Diakses pada 26 April 2014 Pukul 22.45 WIB
·         Citilink. (2013). Citilink Buka Rute Baru Batam-Palembang. http://www.citilink.co.id/citilink-buka-rute-baru-batam-palembang/. Diakses pada 25 April 2014 Pukul 22.00 WIB
·         Daldjoeni, N. (2003). Geografi Kota dan Desa. Bandung: Penerbit Alumni.
·         Flightstats. (2014). Hang Nadim Airport Departures. http://www.flightstats.com/go/FlightStatus/flightStatusByAirport.do. Diakses pada 25 April 2014 Pukul 21.20 WIB
·         Herbert, David T dan Matthews, John A. (2008). Geography – A Very Short Introduction. Hampshire: Oxford University Press.
·         Kementerian Pekerjaan Umum. (2002). Profil Kota Batam Kepulauan Riau. http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/kep_riau/batam.pdf. Diakses pada 27 April 2014 Pukul 13.00 WIB.
·         Kementerian Riset dan Teknologi. (2008). Sosialisasi Pengembangan Aquaculture Cluster Industry Dan Btc Di Batam. http://www.ristek.go.id/?module=News%20News&id=2980. Diakses pada 27 April 2014 Pukul 14.00 WIB
·         Lynch, Kevin. (1960). The Image of The City. MIT Press.
·         Merriman, Peter. (2007). Driving Spaces. London: Blackwell Publishing.
·         Nas, Peter J.M. (2003). Kota di Indonesia. Yogyakarta: UGM Press.
·         Pertiwi, Ni Luh Made. (2014). Batam Persiapkan Kota Transit Wisatawan Mancanegara. http://www.sosialitakita.com/2014/04/batam-persiapkan-kota-transit-wisatawan-mancanegara.html. Diakses pada 26 April 2014 Pukul 20.35 WIB
·         Pemerintah Kota Batam. (2014). Visi dan Misi Kota Batam. http://batamkota.go.id/pemerintahan_baru.php?sub_module=47&klp_jenis=91. Diakses pada 25 April 2014. Pukul 21.15 WIB
·         Purwantiasning, Ari Widyati. (2013). Analisa Kawasan Boat Quay Berdasarkan Teori Kevin Lynch. Jakarta: Nalar
·         R. Pitzl, Gerald. (2004). Encyclopedia of Human Geography. Wetsport, Connecticut: Greenwood Publishing.
·         Rosenberg, Matt. (2014). Reilly's Law of Retail Gravitation. http://geography.about.com/cs/citiesurbangeo/a/aa041403a.htm. Diakses pada 26 April 2014 Pukul 23.00 WIB
·         Suyanti, Endah. (2008). Karakteristik Lokasi. Depok: Fakultas MIPA UI.
·         Tatang, A. Taufik. Perspektif Kebijakan: Pendekatan Klaster Industri Dalam Pengembangan Unggulan Daerah. Menumbuhkembangkan Pemanfaatan Sumber Daya Lokal Dan Perlindungan Aset Intelektual Bangsa. Penerbit BPPT. Jakarta: 2001
·         Warsono, Andri. (2012). Pola Klaster Industri Perkapalan Untuk Mendorong Daya Saing Industri Perkapalan Nasional. http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20303793-S1952-Andri%20Warsono.pdf. Diakses pada 26 April 2014 Pukul 23.10 WIB


Monday, April 7, 2014

Kok Gitu Sih?

Ketika baru diterima di UI hampir setiap hari mata saya dibuat berbinar-binar oleh mahasiswa-mahasiswi di kampus ini. Banyak sekali orang-orang hebat disini. Namun, lama kelamaan kekaguman itu semakin luntur, ketika saya tau banyak dari mereka yang justru melakukan hal-hal yang tidak pantas dilakukan oleh mahasiswa. Saya heran kenapa hal-hal seperti ini masih saja terjadi di kampus sekelas UI. Saya jenuh dan entah kenapa menjadi begitu kecewa melihatnya. Pagi-pagi ketika turun dari kereta dan menunggu bis kuning di halte sudah banyak keanehan yang terjadi, bagaimana tidak, sangat sering saya alami dan saksikan sendiri banyaknya mahasiswa-mahasiswi yang masih saja menyelak antrean untuk masuk bus. Parahnya lagi, sebagian besar dari mereka adalah perempuan, berhijab pula. Entah karena mereka merasa perempuan harus selalu didahulukan atau bagaimana saya juga tidak paham. Pukul 8.00 saya ada kuliah, jam 7.50 saya panik luar biasa dan harus berjalan dengan cepat atau sedikit berlari ketika menaiki tangga, dan jreng-jreng ketika saya membuka pintu kelas seringkali belum ada mahasiswa yang datang, atau paling-paling hanya ada satu atau dua orang. Mirisnya lagi, ketika jam sudah menunjukkan angka 8.00 dan dosen pengampu sudah masuk kelas, jumlah mahasiswa masih belum bertambah secara signifikan. Dosen-dosen disini memang terlalu baik, telat setengah jam pun masih dipersilakan masuk. Mahasiswa pun menganggap telat masuk kuliah sebagai hal yang biasa. Hemm, bahkan banyak dari mereka yang telat adalah para aktivis di kampus yang selalu meneriakkan nama rakyat. Tidak sampai disitu, fenomena titip absen juga masih berlangsung secara subur disini. Kebayang kan gimana nantinya orang-orang seperti ini jadi anggota DPR? Belum lagi contek mencontek dalam ujian, memang sih aturan disini sudah cukup tegas, kalau ketahuan bisa langsung coret dan dapat nilai nol, tapi kan kalo itu ketauan. Seringnya kan tidak ketahuan tuh sama pengawas ujian. Tidak kalah lagi adalah kebiasaan copy paste. Yang ini agak sulit memang, saya yakin banyak mahasiswa yang masih ingin mengerjakan tugasnya dengan baik dan benar, tapi apa daya, tugas menumpuk dan deadline semakin dekat membuat copy paste sebagai jalan keluarnya. Belum lagi masalah kebersihan, setiap selesai kelas ada saja sampah bekas makanan dan minuman yang tergeletak bebas di lantai dan di meja. Padahal makan di kelas saja sudah melanggar aturan. Pemandangan lainnya, jangan heran ketika sedang berjalan di selasar fakultas atau bahkan di koridor bangunan ada banyak mahasiswa-mahasiswi yang merokok sembarangan. Tidak banyak memang, tapi ada saja tuh setiap hari. Yang membuat saya semakin heran adalah ketika ibadah solat jumat, bagaimana bisa para jamaah (yang sebagian besar mahasiswa, dosen, dan karyawan UI sendiri) dengan asyiknya ngobrol ataupun serius mengutak atik gadget mereka. Padahal semenjak saya SD sudah diberitahu guru kalau ketika khatib sedang berkhutbah tidak boleh bicara sepatah kata pun, intinya harus mendengarkan dengan baik-baik. Aaaah entahlah, kenapa bisa seperti ini. Saya pribadi juga sadar kalau saya masih banyak kekurangan. Saya yakin suatu saat ini semua bisa berubah menjadi lebih baik. Bagaimanapun juga banyak sekali orang-orang hebat ada di kampus perjuangan ini. Semoga orang-orang hebat itulah yang nantinya memimpin Indonesia menjadi negeri yang lebih sejahtera. Amiin