Tugas
Besar Mata Kuliah Geografi Manusia 2 (Kelas B)
Nama : Salman Al
Farisi
NPM : 1206216140
Jumlah Kata : 2454 Kata
Kota Batam, Mutiara di Seberang Singapura
Identitas Kota
Batam
Kota Batam
merupakan sebuah kota industri yang terletak di Provinsi Kepulauan Riau dan
berbatasan langsung dengan Singapura, serta sangat dekat dari Malaysia. Besar
Kota Batam melebihi Kota Tanjung Pinang yang merupakan ibukota dari Provinsi
Kepulauan Riau itu sendiri. Posisinya yang strategis menjadikan Kota Batam
sebagai salah satu kota dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia.
Identitas Kota Batam dapat dijabarkan lebih lanjut melalui teori mengenai
identitas kota yang ada dalam buku “The
Image of The City” karangan Prof. Kevin Lynch. Secara garis besar beliau
telah menemukan dan mengumpulkan lima elemen pokok yang digunakan oleh
orang-orang untuk membangun gambaran visual mereka terhadap sebuah kota. Kelima
elemen tersebut, antara lain, Paths
(Jalur), Landmarks (Tengaran), Nodes (Simpul), Districts (Kawasan), dan Edges
(Batas). Elemen yang pertama adalah paths
(jalur) yang merupakan jalur sirkulasi yang digunakan oleh orang-orang untuk
melakukan pergerakan. Sama halnya dengan kota-kota lain, Kota Batam juga
memiliki Paths. Beberapa paths yang populer di Kota Batam, yaitu,
Jalan Sudirman, Jalan Ahmad Yani, Jalan Hang Tuah, dan Jalan RE. Martadinata.
Jalan-jalan tersebut dinilai memiliki fungsi yang sangat penting dalam
menyokong pertumbuhan ekonomi Kota Batam. Elemen yang kedua adalah Landmarks (tengaran). Kota Batam
memiliki beberapa landmark yang
secara mudah dikenal oleh orang-orang secara luas. Baik yang sifatnya nampak
secara fisik maupun non fisik. Beberapa landmark
yang tampak secara langsung (fisik), yaitu, Jembatan Barelang, Pantai
Coastarina, Maha Vihara Duta Maitreya, Patung Dewi Kwan Im, dan Masjid Agung
Batam Centre. Jembatan Barelang sendiri menjadi sangat terkenal karena juga
sering digunakan dalam berbagai logo pemerintahan maupun perusahaan swasta di
Kota Batam. Sedangkan kondisi Kota Batam sebagai kota industri yang telah
tertanam dalam benak masyarakat adalah contoh landmark non fisik. Elemen yang ketiga adalah Nodes (Simpul). Nodes adalah pusat aktivitas, yang juga sebuah tipe
dari landmark yang berfungsi aktif. Node merupakan simpul-simpul pertemuan
dari path. Nodes yang familiar bagi masyarakat Kota
Batam adalah Batam Centre dan
Alun-alun Engku Putri. Tempat-tempat tersebut seringkali dijadikan tempat
berkumpul dan bertemu masyarakat Kota Batam. Elemen yang keempat adalah districts (kawasan). Sebuah kota terdiri dari bagian kawasan yang
disebut district seperti: pusat kota,
uptown, midtown, daerah perumahan, industri, suburban, dan lain sebagainya. Kadang lingkungan ini berbeda dalam
bentuk dan besarnya, dan kadang berbaur menjadi sebuah karakter dan tidak
mempunyai batas (pemisah) yang jelas. Berbagai districts yang familiar ditelinga masyarakat
Kota Batam, yaitu, Batam Centre, Batamindo Industrial Park, Batu Ampar
Industrial Estate, Taiwan International Industrial Estate, Neo Coastarina, dan
lain sebagainya. Elemen kelima adalah edges
(batas). Edges merupakan
pinggiran dari sebuah district atau
batas-batas district antara district yang satu dengan yang lainnya,
baik berupa topografi alam atau bentuk buatan, seperti jalur hijau, tepi laut
atau dinding. Karena Kota Batam terdiri dari beberapa pulau, maka
batas-batas wilayah ditandai dengan keberadaan selat dan jembatan. Selain itu,
keberadaan pelabuhan dan bandar udara juga identik sebagai perbatasan yang
memiliki fungsi sebagai pintu masuk dan keluar dari Kota Batam.
Pengembangan Klaster
Industri di Kota Batam
Sebagai sebuah
kota industri, perdagangan, dan jasa, Kota Batam dinilai tepat untuk
mengembangkan konsep Klaster Industri dalam rangka memaksimalkan potensi yang
dimiliki oleh kota tersebut. Menurut Munnich Jr., et al (1999), Klaster Industri adalah konsentrasi
geografis dari perusahaan dan industri yang saling berkompetisi, komplementer,
atau saling terkait, yang melakukan bisnis satu dengan lainnya dan/atau
memiliki kebutuhan serupa akan kemampuan, teknologi dan infrastruktur. Sejauh
ini diyakini bahwa pengembangan/penguatan klaster industri merupakan alternatif
pendekatan yang efektif, khususnya untuk membangun keunggulan daya saing
industri, dan pembangunan daerah (regional
development) pada umumnya. Saat ini terdapat dua ide utama mengenai
pengembangan bisnis dengan konsep klaster industri di Kota Batam, yaitu,
Klaster Industri Perkapalan dan Klaster Industri Akuakultur (Aquaculture Cluster Industry). Klaster
industri perkapalan sebelumnya sudah ada di Kota Surabaya, dan terbukti sukses
dalam mendongkrak perekonomian, apalagi posisi Kota Surabaya sebagai kota
pelabuhan juga dinilai memiliki andil besar dalam pesatnya perkembangan
industri tersebut. Lokasi Kota Batam yang berada di provinsi kepulauan serta
posisinya yang strategis, baik dari segi geografis maupun ekonomis, semakin
mempertebal keyakinan bahwa proyek ini dapat memberikan keuntungan yang
signifikan. Tidak hanya itu, sudah tersedianya 36 industri galangan kapal di
Kota Batam, yang merupakan kota dengan industri galangan kapal terbanyak di
Indonesia juga memperkuat posisi Kota Batam jika berhasil merealisasikan
klaster industri perkapalan tersebut. Data lainnya menunjukkan Kota Batam juga
memiliki kapasitas reparasi industri galangan yang terbesar di Indonesia,
sebesar hampir 3000 unit, mengalahkan DKI Jakarta yang hanya mampu memenuhi
sekitar 1300 unit. Selain usulan mengenai pengembangan klaster industri
perkapalan, ada juga usulan mengenai klaster industri akuakultur. Pengembangan
klaster industri jenis ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing produk
perikanan Batam sehingga dapat meningkatkan perekonomian regional Batam. Usulan
pengembangan yang diajukan oleh Batam
Technology Center (BTC) ini memiliki peran untuk membantu nelayan untuk
mendapatkan akses teknologi, meningkatkan keterampilan nelayan dalam memanfaatkan
teknologi dan memberikan bimbingan konsultasi di bidang kewirausahaan,
manajemen, keuangan, dan inovasi produk. Beberapa poin penting yang ada pada
suatu klaster industri, antara lain, adanya hubungan input-output secara
formal, keterkaitan penjual dan pembeli, perusahaan-perusahaan yang
terkonsentrasi pada suatu wilayah atau area geografis, dan pembagian faktor
pasar yang terspesialisasi. Lebih dari itu, kesuksesan sebuah klaster industri
tentunya dipengaruhi oleh berbagai pelaku (stakeholders)
yang terbagi menjadi enam kelompok, yaitu, industri inti, industri pemasok,
industri pendukung, industri terkait, pengguna, dan institusi pendukung.
Keberadaan klaster industri tidak melulu dikaitkan dengan berbagai industri
besar, justru dengan adanya klaster industri diharapkan dapat membantu berbagai
pengusaha industri kecil dan menengah. Termasuk di dalamnya bahkan sampai
dibahas mengenai makanan untuk para karyawan. Apabila industri-industri kecil
dan dan Menengah ini diberikan peran yang sesuai, maka perekonomian di Kota
Batam disinyalir akan semakin kuat karena industri kecil dan menengah telah
terbukti mampu menyelamatkan perekonomian Indonesia yang terpuruk pada tahun
2000-an berkat sifatnya yang unbankable.
Batam Centre
Sebagai Central Business District
Sama halnya
dengan kota-kota lain di seluruh dunia, Kota Batam juga memiliki Pusat Daerah
Kegiatan (PDK) atau biasa disebut Central
Business District (CBD). Wilayah
itu bernama Batam Centre. Secara singkat, CBD dapat diartikan sebagai pusat
perdagangan dan jasa. Kota dengan slogan “Terwujudnya Kota Batam Sebagai Bandar
Dunia Madani yang Modern dan Menjadi Andalan Pusat Pertumbuhan Perekonomian
Nasional” ini menempatkan berbagai fasilitas penting, seperti berbagai kantor
institusi pemerintahan, kantor Badan Pengusahaan (BP) Batam, Kantor perusahaan
swasta, pusat perbelanjaan, sarana dan prasarana kesehatan, pendidikan, pelayanan
transportasi, dan lain sebagainya di Batam Centre. Beberapa institusi
pemerintahan yang berada di Batam Centre, yaitu, Kantor Pemerintahan Kota
Batam, Perpustakaan Umum dan Arsip, Kantor Satuan Pamong Praja, Dinas Tata
Kota, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumberdaya, Badan Pemberdayaan Perempuan
dan Keluarga Berencana, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, Badan Penanaman Modal, dan masih banyak lagi. Kota Batam
memiliki keunikan dari segi struktur organisasi kepemimpinannya. Terdapat
dualisme kepemimpinan di Kota Batam, pihak pertama adalah Pemerintah Kota yang
mengurusi segala hal yang berhubungan dengan administrasi kependudukan,
sedangkan pihak kedua adalah Badan Pengusahaan (dahulu bernama Badan Otoritas)
yang mengurusi bagian investasi dan perizinan. Keunikan ini semakin bertambah
karena Badan Pengusahaan Kota Batam juga meletakkan kantornya di Batam Centre.
Selain itu, berbagai kawasan industri juga berdiri di Batam Centre,
diantaranya, Citra Buana Centre Park Phase III, Executive Industrial Park, Hijrah
Industrial Estate, Kara Industrial Park, Puri Industrial Park 2000, dan Sarana
Industrial Point. Di Batam Centre juga tersedia berbagai pusat perbelanjaan dan
perniagaan, salah satu yang paling terkenal adalah Mega Mall Batam Centre.
Tidak hanya itu, Kota Batam adalah salah satu Kota di Indonesia yang memiliki
Pelabuhan Feri Internasional. Salah satu pelabuhan tersebut adalah Pelabuhan
Batam Centre. Pelabuhan penyeberangan internasional yang terletak di di Pantai
Utara Batam ini menghubungkan Kota Batam dengan Pelabuhan Harbour Front,
Singapura serta Pelabuhan Situlang Laut dan Pasir Gudang di Johor Bahru,
Malaysia. Setidaknya terdapat 1,3 juta turis mancanegara yang berkunjung ke
Kota Batam setiap tahunnya. Sebagian dari mereka memanfaatkan layanan kapal
feri yang berada di beberapa pelabuhan internasional tersebut. Untuk Pelabuhan
Internasional Batam Centre, perjalanan lintas negara tersebut dijalankan oleh
dua operator, Batam Fast dan Penguin. Dari segi kesehatan, Batam Centre juga
memiliki sarana dan prasarana terkait. Dua buah rumah sakit yang cukup lengkap
fasilitasnya adalah Rumah Sakit Awal Bros dan Rumah Sakit Otorita Batam. Selain
itu terdapat pula berbagai rumah sakit, klinik pengobatan, apotek, dan sarana
kesehatan lainnya di Batam Centre. Begitu juga dari segi sarana dan prasarana
pendidikan, banyak tersedia berbagai sekolah mulai dari jenjang Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) hingga Perguruan Tinggi di Batam Centre. Masih banyak lagi
objek-objek menarik lain di Batam Centre. Keberadaan Batam Centre sebagai
Central Business District tentu memiliki pengaruh yang besar dalam pengembangan
Kota Batam secara keseluruhan. Mengingat banyaknya berbagai institusi baik
pemerintah dan swasta yang menempatkan kantor dan fasilitas yang dimilikinya di
kawasan Batam Centre ini. Jadi, Bisa dikatakan bahwa segala sesuatunya terdapat
di Batam Centre sehingga masyarakatnya dapat memenuhi segala kebutuhan dengan
lebih mudah.
Kota Batam sebagai
Pusat Transit
Letak Kota Batam
yang berdekatan dengan Singapura dan Malaysia serta kedudukannya sebagai kota
industri telah berhasil mengundang banyak pihak untuk berkunjung kesana. Namun,
sebagian besar kunjungan tersebut biasanya hanya bermotifkan tujuan untuk
sekadar transit, bukan menjadikan Kota Batam sebagai kota tujuan utama. Hal
tersebut wajar saja terjadi. Sebagai contoh, walaupun saat ini sudah banyak
penerbangan murah (low cost carrier)
dari berbagai Kota di Indonesia menuju Singapura dan Malaysia, namun sebagian
besar masyarakat masih merasa terbebani dengan biaya pajak bandara (airport tax) untuk penerbangan
internasional yang terus naik. Tidak hanya itu, penawaran harga tiket murah
biasanya tidak mencakup biaya bagasi dan makanan. Sehingga, apabila dijumlahkan
tetap saja akan berujung pada harga tiket yang mahal. Oleh sebab itu, sebagian
masyarakat menyiasati kunjungan mereka ke Singapura maupun Malaysia dengan
membeli tiket penerbangan dari Kota Asal ke Kota Batam terlebih dahulu. Dari
Batam mereka dapat melanjutkan perjalanan ke Singapura dan Malaysia dengan menggunakan
kapal feri. Selain biaya tiketnya jauh lebih murah, biaya pajak pelabuhan tentu
jauh lebih murah dibandingkan dengan pajak penerbangan internasional, bahkan
pajak pelabuhan biasanya sudah termasuk dalam tiket kapal feri. Dan yang tidak
kalah penting, perjalanan dengan menggunakan kapal feri dinilai tidak kalah
nyaman dengan perjalanan lewat udara, karena turut dilayani dengan pelabuhan
berkelas internasional. Alasan lainnya, banyak juga masyarakat yang memang
ingin merasakan pengalaman perjalanan laut, apalagi sebagian besar masyarakat
Indonesia yang ingin ke Singapura dan Malaysia memang ingin berlibur sehingga
tidak dikejar-kejar oleh waktu. Fenomena ini sebenarnya dapat dikaji lebih
lanjut menggunakan Teori Titik Henti (Breaking
Point Theory). Teori Titik Henti merupakan hasil modifikasi dari Model
Gravitasi Reilly. Teori ini memberikan gambaran tentang perkiraan posisi garis
batas yang memisahkan wilayah-wilayah perdagangan dari dua kota atau wilayah
yang berbeda jumlah dan komposisi penduduknya. Teori titik henti ini juga dapat
digunakan dalam memperkirakan penempatan lokasi industri atau pusat pelayanan
masyarakat. Penempatan dilakukan di antara dua wilayah yang berbeda jumlah
penduduknya agar terjangkau oleh penduduk setiap wilayah. Selain dijadikan
sebagai kota transit menuju Singapura dan Malaysia, saat ini Kota Batam juga
dijadikan sebagai kota transit menuju kota-kota lain, khususnya yang berada di
Pulau Sumatera. Contohnya, saat ini tidak tersedia penerbangan langsung dari
Padang ke Palembang. Sebelumnya, warga Padang yang ingin ke Palembang dengan
pesawat udara harus transit di Bandar Udara Soekarno-Hatta (Jakarta) terlebih
dahulu baru pindah pesawat ke tujuan Palembang. Selain biayanya lebih mahal,
waktu yang dihabiskan pun tidaklah sebentar. Namun, saat ini Kota Batam mampu
meng-cover hal tersebut. Warga Padang
dapat transit di Batam lalu naik pesawat ke Palembang. Selain biayanya lebih
murah, waktu yang dibutuhkan pun lebih sebentar. Saat ini Bandar Udara
Internasional Hang Nadim, Kota Batam melayani berbagai rute domestik dan
internasional dari dan ke berbagai kota, antara lain, Pontianak, Bandar
Lampung, Jambi, Pangkal Pinang, Jakarta, Padang, Pekanbaru, Bandung, Kualanamu,
Surabaya, Yogyakarta, Balikpapan, Denpasar, Semarang, dan Bengkulu, serta Kuala
Lumpur. Sedangkan maskapai penerbangan yang melayani rute-rute tersebut antara
lain, Lion Air, Wings Air, Citilink, Sriwijaya Air, Garuda Indonesia, Firefly,
dan Malaysia Airlines. Semakin bertambahnya rute dari dan menuju Kota Batam
dapat pula dikaitkan dengan Growth Pole
Theory mengenai Leading Industry.
Jika awalnya orang-orang hanya memiliki tujuan bisnis ke Kota Batam, namun lama
kelamaan muncul motif lain, seperti ingin berwisata karena jenuh dalam bekerja.
Awalnya hanya ada kawasan-kawasan industri. Namun, kini muncul pula berbagai
pusat hiburan dan perbelanjaan. Aglomerasi pun tidak dapat terhindarkan lagi.
Setiap individu maupun kelompok ingin membina keterkaitan produksi, teknologi,
pemasaran antar kegiatan demi mengatasi hambatan eksternal secara bersama-sama.
Sebagai bukti, menurut sensus penduduk tahun 2000 tentang komposisi etnis Kota Batam,
etnis Jawa mendominasi dengan nilai 26,78 %, diikuti oleh Melayu 17,61 %, Batak
14,97 %, Minangkabau 14,93 %, Tionghoa 6,26 %, Bugis 2,29 %, Banjar 0,67 %, dan
lainnya 16,47 %. Hal ini tidak terlepas dari adanya proses difusi. Kini, Kota
Batam semakin berbenah diri, untuk mewujudkan sebuah visi mulia “Terwujudnya Kota Batam sebagai Bandar Dunia
Madani yang Modern dan Menjadi Andalan Pusat Pertumbuhan Perekonomian Nasional”.
Daftar
Pustaka
·
Badan Pusat Statistik. (2014). Batam Dalam Agka 2013. http://batamkota.bps.go.id/publikasi/detail/110?title=Batam-Dalam-Angka-2013.
Diakses pada 25 April 2014 Pukul 21.00 WIB
·
BPPT. (2014). BPPT Dukung Batam Bangun Klaster Industri Perkapalan. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://www.bppt.go.id/index.php/daftar-berita-setama/1777-bppt-dukung-batam-bangun-klaster-industri-perkapalan.
Diakses pada 26 April 2014 Pukul 22.45 WIB
·
Citilink. (2013). Citilink Buka Rute Baru Batam-Palembang.
http://www.citilink.co.id/citilink-buka-rute-baru-batam-palembang/. Diakses
pada 25 April 2014 Pukul 22.00 WIB
·
Daldjoeni, N. (2003). Geografi Kota dan Desa. Bandung:
Penerbit Alumni.
·
Flightstats. (2014). Hang Nadim Airport Departures. http://www.flightstats.com/go/FlightStatus/flightStatusByAirport.do.
Diakses pada 25 April 2014 Pukul 21.20 WIB
·
Herbert, David T dan Matthews, John
A. (2008). Geography – A Very Short
Introduction. Hampshire: Oxford University Press.
·
Kementerian Pekerjaan Umum. (2002). Profil Kota Batam Kepulauan Riau. http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/kep_riau/batam.pdf.
Diakses pada 27 April 2014 Pukul 13.00 WIB.
·
Kementerian Riset dan Teknologi.
(2008). Sosialisasi Pengembangan
Aquaculture Cluster Industry Dan Btc Di Batam. http://www.ristek.go.id/?module=News%20News&id=2980.
Diakses pada 27 April 2014 Pukul 14.00 WIB
·
Lynch, Kevin. (1960). The Image of The City. MIT Press.
·
Merriman, Peter. (2007). Driving Spaces. London: Blackwell
Publishing.
·
Nas, Peter J.M. (2003). Kota di Indonesia. Yogyakarta: UGM
Press.
·
Pertiwi, Ni Luh Made. (2014). Batam Persiapkan Kota Transit Wisatawan
Mancanegara. http://www.sosialitakita.com/2014/04/batam-persiapkan-kota-transit-wisatawan-mancanegara.html.
Diakses pada 26 April 2014 Pukul 20.35 WIB
·
Pemerintah Kota Batam. (2014). Visi dan Misi Kota Batam. http://batamkota.go.id/pemerintahan_baru.php?sub_module=47&klp_jenis=91.
Diakses pada 25 April 2014. Pukul 21.15 WIB
·
Purwantiasning, Ari Widyati. (2013). Analisa Kawasan Boat Quay Berdasarkan Teori
Kevin Lynch. Jakarta: Nalar
·
R. Pitzl, Gerald. (2004). Encyclopedia of Human Geography.
Wetsport, Connecticut: Greenwood Publishing.
·
Rosenberg, Matt. (2014). Reilly's Law of Retail Gravitation. http://geography.about.com/cs/citiesurbangeo/a/aa041403a.htm.
Diakses pada 26 April 2014 Pukul 23.00 WIB
·
Suyanti, Endah. (2008). Karakteristik Lokasi. Depok: Fakultas
MIPA UI.
·
Tatang, A. Taufik. Perspektif Kebijakan: Pendekatan Klaster
Industri Dalam Pengembangan Unggulan Daerah. Menumbuhkembangkan Pemanfaatan
Sumber Daya Lokal Dan Perlindungan Aset Intelektual Bangsa. Penerbit BPPT.
Jakarta: 2001
·
Warsono, Andri. (2012). Pola Klaster Industri Perkapalan Untuk
Mendorong Daya Saing Industri Perkapalan Nasional. http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20303793-S1952-Andri%20Warsono.pdf.
Diakses pada 26 April 2014 Pukul 23.10 WIB