Saturday, February 23, 2013

Analisis Spasial di Jalan Bendungan Hilir Raya


========Artikel ini merupakan kerja keras Salman Al Farisi, Silvia Dwi Wardhani, dan Dwi Fanny Wulandari (Mahasiswa Geografi UI 2012). DILARANG KERAS MENGUTIP SEBAGIAN MAUPUN SELURUH MATERI TANPA MENCANTUMKAN SUMBER!!! SAY NO TO PLAGIARISM!!!========


Hasil Pengamatan di Jalan Bendungan Hilir Raya

Wilayah yang kami pilih untuk melakukan pengamatan adalah wilayah Bendungan Hilir atau biasa disebut dengan Benhil. Bendungan Hilir merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Kelurahan ini berbatasan dengan rel kereta api dan Kelurahan Petamburan di sebelah utara, Jalan Jenderal Gatot Subroto dan Kelurahan Gelora di sebelah barat, Kali Krukut, Kali Malang, dan Kelurahan Kebon Melati di sebelah timur, serta Jalan Jenderal Sudirman dan Kelurahan Karet Semanggi, Jakarta Selatan di sebelah selatan. Beberapa bangunan penting yang ada disepanjang jalan ini antara lain SD Islam Al Abrar, Rumah Sakit Umum TNI AL Dr. Mintoharjo, Pasar Benhil, Apartemen Batavia, Mesjid Al Falah, 711 Bendungan Hilir, Ex Wisma Benhil. Wilayah ini kami pilih karena memiliki tingkat aktivitas yang tinggi dan memiliki lokasi yang unik sebagai perpaduan wilayah permukiman dengan wilayah perkantoran di perkotaan.
            Pada hari Sabtu, tanggal 29 Desember 2012, kami memulai survai dari perempatan Jalan Bendungan Hilir Raya tepat di depan SD Islam Al Abrar sampai ke Ex Wisma Benhil yang terletak di ujung Jalan Bendungan Hilir Raya yang berbatasan dengan Jalan Sudirman. Jalan yang kami amati kurang lebih sepanjang 1,4 km. Aktivitas yang kami amati yaitu warung padang, pedagang sate, dan warung fotokopi.
Survai pertama kami lakukan pada pukul 11.00 – 12.00 siang. Sepanjang jalan ini relatif sepi karena survei dilakukan pada hari Sabtu yang merupakan akhir pekan serta bertepatan dengan masa liburan natal dan tahun baru, sehingga aktivitas yang kami survei tersebut tidak terlalu banyak. Sedangkan survei kedua kami lakukan pada pukul 19.00 – 20.30 malam, karena diperkirakan aktivitas pedagang tersebut baru dibuka pada malam hari, mengingat malam minggu sering dimanfaatkan masyarakat untuk berwisata kuliner bersama keluarga dan pasangan.
Dapat dilihat pada gambar dibawah, perbedaan aktivitas yang terjadi di sepanjang Jalan Bendungan Hilir Raya pada siang dan malam hari.
Pada siang hari, aktivitas cenderung masih sangat sedikit. Hanya terlihat beberapa pedagang saja yang berjualan. Sebagian besar dari mereka merupakan penjual makanan seperti ketoprak, gado-gado, soto dan jajanan ringan seperti es kelapa, serabi, dan lain-lain. Para pedagang tersebut biasanya berjualan dibeberapa titik strategis seperti perempatan jalan, depan gang atau jalan kecil, dekat dengan tempat publik seperti rumah sakit dan pasar, maupun di depan minimarket. Salah satu aktivitas yang kami amati adalah pedagang sate. Kebiasaan masyarakat Indonesia yang lebih senang mengonsumsi sate pada malam hari membuat pedagang sate enggan berjualan pada siang hari. Selain pedagang makanan, ada pula beberapa warung padang yang sudah buka. Namun, karena bertepatan dengan hari libur, aktivitas sekolah, perbankan, dan perkantoran tutup sehingga warung padang terlihat sepi karena pelanggan sedikit. Begitu pula pada warung fotokopi, rata-rata terlihat sepi dan tidak ada kegiatan. Para penjual makanan, pengusaha warung padang, dan pengusaha fotokopi hanya mengharapkan pelanggan dari warga sekitar. Berbeda pada hari biasanya yang ramai karena kebanyakan pelanggan memang berasal dari kaum pekerja di sekitar perkantoran Jalan Sudirman maupun pekerja dari kantor-kantor di Jalan Bendungan Hilir Raya itu sendiri.
Pada malam hari, aktivitas terlihat sangat berbeda. Keadaan Jalan Bendungan Hilir Raya yang awalnya terlihat lenggang, kini mulai ramai. Pedagang terlihat semakin banyak, barang yang dijajakanpun semakin bervariasi. Para pedagang berjualan hampir di sepanjang Jalan Bendungan Hilir Raya. Mereka mulai terlihat menyebar di berbagai lokasi. Untuk pedagang sate, ternyata hipotesis kami benar. Kebiasaan masyarakat untuk mengonsumsi sate pada malam hari memang terbukti. Hal tersebut terlihat dari menjamurnya pedagang sate pada malam hari.  Para pedagang melakukan pengalih fungsian lahan. Misalnya, pada malam hari ada sebuah warung seafood di depan pertokoan Benhil, padahal pada siang hari tempat tersebut berfungsi sebagai tempat parkir.

Aktivitas warung padang juga semakin bergeliat. Beberapa warung padang ternyata baru membuka warungnya pada malam hari. Walaupun tidak drastis, tapi pertambahan warung padang pada malam hari memang terjadi. Pelanggan yang awalnya terlihat sepi kini mulai ramai. Sebagian besar pelanggan merupakan keluarga dan pasangan yang ingin memanfaatkan momen malam minggu. Kenyataan berbeda terjadi pada warung fotokopi. Beberapa warung fotokopi menghentikan aktivitasnya pada malam hari. Hanya tersisa beberapa warung fotokopi saja yang terlihat membuka warungnya. Hal tersebut mungkin terjadi karena di Benhil terdapat banyak pusat fotokopi dengan skala besar yang buka selama 24 jam penuh. Sehingga beberapa warung fotokopi skala kecil cenderung kalah saing dan memilih untuk tutup lebih awal.

Selain membandingkan perbedaan kegiatan pada siang dan malam hari. Kami juga melakukan pengamatan terhadap perbedaan karakteristik lokasi untuk setiap kegiatan. Untuk pedagang sate, cenderung ramai pada lokasi yang memang bergerombol. Walau demikian, beberapa pedagang sate juga terlihat memilih lokasi yang terpisah, tetapi hal tersebut berdampak pada sepinya pembeli. Untuk warung padang, lokasinya cenderung berjauhan satu sama lain. Di beberapa lokasi ada pula yang berdekatan. Mirip dengan pedagang sate, warung padang memang cenderung ramai bila lokasinya berdekatan dengan pusat keramaian seperti di depan Pasar Benhil pada malam hari, ataupun di depan Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo yang memang tidak pernah sepi. Beberapa warung padang yang lokasinya dekat dengan kantor pada malam hari terlihat sepi, karena pelanggan mereka yang kebanyakan pekerja tidak beraktivitas pada hari libur maupun malam hari. Pada warung fotokopi, biasanya akan ramai bila lokasinya berada dekat perempatan jalan, sebab pengendara kendaraan bermotor akan megurangi kecepatan kendaraan mereka karena ada lampu lalu lintas. Bila hanya sekedar di pinggir jalan yang lurus, pengendara lebih memilih untuk fokus berkendara. Warung fotokopi yang jauh dari pusat keramaianpun akan lebih cepat tutup.



========Artikel ini merupakan kerja keras Salman Al Farisi, Silvia Dwi Wardhani, dan Dwi Fanny Wulandari (Mahasiswa Geografi UI 2012). DILARANG KERAS MENGUTIP SEBAGIAN MAUPUN SELURUH MATERI TANPA MENCANTUMKAN SUMBER!!! SAY NO TO PLAGIARISM!!!========


No comments: