========Artikel ini merupakan kerja keras Salman Al Farisi, Silvia Dwi Wardhani, dan Dwi Fanny Wulandari (Mahasiswa Geografi UI 2012). DILARANG KERAS MENGUTIP SEBAGIAN MAUPUN SELURUH MATERI TANPA MENCANTUMKAN SUMBER!!! SAY NO TO PLAGIARISM!!!========
Hasil Pengamatan di Jalan Bendungan
Hilir Raya
Wilayah yang kami pilih
untuk melakukan pengamatan adalah wilayah Bendungan Hilir atau biasa disebut
dengan Benhil. Bendungan Hilir merupakan salah satu kelurahan yang terletak di
Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Kelurahan ini berbatasan dengan rel
kereta api dan Kelurahan Petamburan di sebelah utara, Jalan Jenderal Gatot
Subroto dan Kelurahan Gelora di sebelah barat, Kali Krukut, Kali Malang, dan Kelurahan
Kebon Melati di sebelah timur, serta Jalan Jenderal Sudirman dan Kelurahan
Karet Semanggi, Jakarta Selatan di sebelah selatan. Beberapa bangunan penting
yang ada disepanjang jalan ini antara lain SD Islam Al Abrar, Rumah Sakit Umum
TNI AL Dr. Mintoharjo, Pasar Benhil, Apartemen Batavia, Mesjid Al Falah, 711
Bendungan Hilir, Ex Wisma Benhil. Wilayah ini kami pilih karena memiliki
tingkat aktivitas yang tinggi dan memiliki lokasi yang unik sebagai perpaduan
wilayah permukiman dengan wilayah perkantoran di perkotaan.
Pada
hari Sabtu, tanggal 29 Desember 2012, kami memulai survai dari perempatan Jalan
Bendungan Hilir Raya tepat di depan SD Islam Al Abrar sampai ke Ex Wisma Benhil
yang terletak di ujung Jalan Bendungan Hilir Raya yang berbatasan dengan Jalan
Sudirman. Jalan yang kami amati kurang lebih sepanjang 1,4 km. Aktivitas yang kami
amati yaitu warung padang, pedagang sate, dan warung fotokopi.
Survai pertama kami
lakukan pada pukul 11.00 – 12.00 siang. Sepanjang jalan ini relatif sepi karena
survei dilakukan pada hari Sabtu yang merupakan akhir pekan serta bertepatan
dengan masa liburan natal dan tahun baru, sehingga aktivitas yang kami survei
tersebut tidak terlalu banyak. Sedangkan survei kedua kami lakukan pada pukul
19.00 – 20.30 malam, karena diperkirakan aktivitas pedagang tersebut baru
dibuka pada malam hari, mengingat malam minggu sering dimanfaatkan masyarakat
untuk berwisata kuliner bersama keluarga dan pasangan.
Dapat dilihat pada gambar dibawah, perbedaan
aktivitas yang terjadi di sepanjang Jalan Bendungan Hilir Raya pada siang dan
malam hari.
Pada siang hari, aktivitas
cenderung masih sangat sedikit. Hanya terlihat beberapa pedagang saja yang
berjualan. Sebagian besar dari mereka merupakan penjual makanan seperti
ketoprak, gado-gado, soto dan jajanan ringan seperti es kelapa, serabi, dan
lain-lain. Para pedagang tersebut biasanya berjualan dibeberapa titik strategis
seperti perempatan jalan, depan gang atau jalan kecil, dekat dengan tempat
publik seperti rumah sakit dan pasar, maupun di depan minimarket. Salah satu
aktivitas yang kami amati adalah pedagang sate. Kebiasaan masyarakat Indonesia
yang lebih senang mengonsumsi sate pada malam hari membuat pedagang sate enggan
berjualan pada siang hari. Selain pedagang makanan, ada pula beberapa warung
padang yang sudah buka. Namun, karena bertepatan dengan hari libur, aktivitas
sekolah, perbankan, dan perkantoran tutup sehingga warung padang terlihat sepi
karena pelanggan sedikit. Begitu pula pada warung fotokopi, rata-rata terlihat
sepi dan tidak ada kegiatan. Para penjual makanan, pengusaha warung padang, dan
pengusaha fotokopi hanya mengharapkan pelanggan dari warga sekitar. Berbeda
pada hari biasanya yang ramai karena kebanyakan pelanggan memang berasal dari
kaum pekerja di sekitar perkantoran Jalan Sudirman maupun pekerja dari
kantor-kantor di Jalan Bendungan Hilir Raya itu sendiri.
Pada malam hari,
aktivitas terlihat sangat berbeda. Keadaan Jalan Bendungan Hilir Raya yang
awalnya terlihat lenggang, kini mulai ramai. Pedagang terlihat semakin banyak,
barang yang dijajakanpun semakin bervariasi. Para pedagang berjualan hampir di
sepanjang Jalan Bendungan Hilir Raya. Mereka mulai terlihat menyebar di
berbagai lokasi. Untuk pedagang sate, ternyata hipotesis kami benar. Kebiasaan
masyarakat untuk mengonsumsi sate pada malam hari memang terbukti. Hal tersebut
terlihat dari menjamurnya pedagang sate pada malam hari. Para pedagang melakukan pengalih fungsian
lahan. Misalnya, pada malam hari ada sebuah warung seafood di depan pertokoan
Benhil, padahal pada siang hari tempat tersebut berfungsi sebagai tempat
parkir.
Aktivitas warung padang juga semakin bergeliat.
Beberapa warung padang ternyata baru membuka warungnya pada malam hari.
Walaupun tidak drastis, tapi pertambahan warung padang pada malam hari memang
terjadi. Pelanggan yang awalnya terlihat sepi kini mulai ramai. Sebagian besar
pelanggan merupakan keluarga dan pasangan yang ingin memanfaatkan momen malam
minggu. Kenyataan berbeda terjadi pada warung fotokopi. Beberapa warung
fotokopi menghentikan aktivitasnya pada malam hari. Hanya tersisa beberapa
warung fotokopi saja yang terlihat membuka warungnya. Hal tersebut mungkin
terjadi karena di Benhil terdapat banyak pusat fotokopi dengan skala besar yang
buka selama 24 jam penuh. Sehingga beberapa warung fotokopi skala kecil
cenderung kalah saing dan memilih untuk tutup
lebih awal.
Selain membandingkan
perbedaan kegiatan pada siang dan malam hari. Kami juga melakukan pengamatan
terhadap perbedaan karakteristik lokasi untuk setiap kegiatan. Untuk pedagang
sate, cenderung ramai pada lokasi yang memang bergerombol. Walau demikian,
beberapa pedagang sate juga terlihat memilih lokasi yang terpisah, tetapi hal
tersebut berdampak pada sepinya pembeli. Untuk warung padang, lokasinya
cenderung berjauhan satu sama lain. Di beberapa lokasi ada pula yang
berdekatan. Mirip dengan pedagang sate, warung padang memang cenderung ramai
bila lokasinya berdekatan dengan pusat keramaian seperti di depan Pasar Benhil
pada malam hari, ataupun di depan Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo yang
memang tidak pernah sepi. Beberapa warung padang yang lokasinya dekat dengan
kantor pada malam hari terlihat sepi, karena pelanggan mereka yang kebanyakan
pekerja tidak beraktivitas pada hari libur maupun malam hari. Pada warung
fotokopi, biasanya akan ramai bila lokasinya berada dekat perempatan jalan,
sebab pengendara kendaraan bermotor akan megurangi kecepatan kendaraan mereka
karena ada lampu lalu lintas. Bila hanya sekedar di pinggir jalan yang lurus,
pengendara lebih memilih untuk fokus berkendara. Warung fotokopi yang jauh dari
pusat keramaianpun akan lebih cepat tutup.
========Artikel ini merupakan kerja keras Salman Al Farisi, Silvia Dwi Wardhani, dan Dwi Fanny Wulandari (Mahasiswa Geografi UI 2012). DILARANG KERAS MENGUTIP SEBAGIAN MAUPUN SELURUH MATERI TANPA MENCANTUMKAN SUMBER!!! SAY NO TO PLAGIARISM!!!========
No comments:
Post a Comment