Friday, August 30, 2019

Apa yang Saya Amati dari Rakyat Malaysia

Dalam satu tahun ini, sudah dua kali saya berkunjung ke Malaysia karena harga tiket pesawat yang jauh lebih murah dari tiket domestik. Mulai dari bersama adik-adik ke Kuala Lumpur, sampai bersama Ibu ke Pulau Pinang. Dari pengalaman singkat saya, terdapat beberapa hal yang saya pelajari dari cara hidup orang Malaysia, berikut beberapa hal yang saya amati:

  1. Hidup rukun meski berbeda suku bangsa. Saya tahu beberapa kali masih terjadi keributan yang mungkin disebabkan rasisme, namun dari pengamatan saya, rakyat Malaysia mau menerima perbedaan. Berbeda dengan suku di Indonesia yang jumlahnya ratusan, sebenarnya di Malaysia hanya terdapat beberapa golongan, seperti, Melayu, Cina, India, Iban, dan lainnya. Namun, meski jumlahnya tidak banyak, tapi suku bangsa ini sebagian besar pendatang yang bahkan mungkin tidak bisa berbahasa Melayu. Kebudayaan dan cara hidup yang berbeda tidak membuat serta merta mereka dilanda permusuhan, namun justru hidup rukun yang dapat menerima perbedaan yang terlihat.
  2. Masih berpegang teguh pada budaya asli masing-masing. Meskipun Kuala Lumpur merupakan salah satu kota metropolitan paling maju di ASEAN, namun saya dapat melihat budaya leluhur masih sangat dihargai. Pada jam pulang kantor di sekitar KLCC, terlihat pekerja kantoran wanita Malaysia dengan bangga menggunakan baju kurung. Tidak terbayang kalau karyawati di Jakarta jalan kaki di Sudirman-Thamrin mengenakan kebaya. Saat saya ke Penang, beberapa pertokoan tutup dan membakar kertas di depan rumah dan toko mereka. Saya diceritakan driver Grabcar bahwa hari itu akan diselenggarakan sembahyang hantu hehe.
  3. Sangat menjaga penampilan. Saya masih heran kenapa di setiap beberapa meter jalan selalu ada Watson dan Guardian, bahkan terkadang posisinya saling bertetangga. Dari situ saya memahami bahwa wanita Malaysia sangat menggandrungi skincare, sehingga bagi sebagian orang hal ini sudah menjadi kebutuhan pokok. Tidak heran kalau wajah warganya sedikit lebih kinclong dari masyarakat kita hehe.
  4. Hidup sederhana. Sebenarnya kalau boleh jujur, tingkat kesejahteraan rakyat Malaysia tentu lebih baik dibanding Indonesia. Namun, saya melihat warga Indonesia, khususnya Jakarta, jauh lebih konsumtif. Pernah suatu malam saya dan adik-adik pergi ke daerah Titiwangsa untuk membeli roti john paling tersohor di Kuala Lumpur. Jangan bayangkan tempat mewah, bahkan lantai rumahnya belum menggunakan keramik. Dari segi kendaraan, sebagian besar senang menggunakan mobil buatan dalam negeri yang kecil-kecil itu. Motor pun kalah jauh dibanding kepunyaan orang Indonesia. Pernah saya dan ibu berkunjung ke Mall Penang Times Square pada sore hari, hasilnya hanya kami pengunjungnya.
  5. Lebih jujur dan patuh. Meski kasus mega korupsi sedang mendera negara itu, namun sangat terlihat betapa rakyat sangat berdaya untuk menentangnya dan melawan. Berbeda dengan kita yang hanya bisa menerima kenyataan bahwa setiap hari kekayaan negara ini terus saja dinikmati para koruptor. Dari segi kepatuhan, entah karena jumlah penduduk yang lebih sedikit atau bagaimana, suasana lalu lintas dan lingkungan sekitar jelas terlihat lebih tertib dan bersih.
  6. Religius. Ya, kata itu sangat tepat menggambarkan kondisi rakyat Malaysia. Selain aturan untuk masyarakat muslim yang lebih tegas, agama-agama lain juga sepertinya cukup taat dalam menjalankan kebudayaannya. Pernah suatu hari kami ke Batucaves disaat ada perayaan umat Hindu, suasananya sangat ramai sampai-sampai kereta yang kami naiki didominasi orang India dengan tanda di dahi dan membawa bulu merak.
Tulisan saya kali ini bukan bermaksud membandingkan kedua negara dan menjelekkan negara sendiri. Namun, saya hanya ingin mengajak teman-teman semua untuk membuka mata, bahwa negara tetangga kita yang bahkan merdekanya selisih beberapa tahun setelah kita justru kini semakin maju. Banyak pelajaran yang bisa diambil yang mungkin saja dapat mendatangkan manfaat untuk kehidupan kita di tanah air.

No comments: