Saturday, January 17, 2015

Kisah Pagi Itu

Dua hari sebelum pagi itu, saya sudah susun rencana sebaik-baiknya. Saya coba juga untuk memantapkan hati dan membulatkan tekad. Entah, awalnya saya selalu berpikir apakah ini keputusan terbaik yang saya ambil atau bukan. Saya takut ini makin memperkeruh keadaan. Tapi, sejenak saya pikirkan lagi. Saya rasa tidak ada salahnya untuk dicoba. Toh ini semua untuk diri saya sendiri, bukan untuk orang lain.
Pagi itu saya benar-benar semangat memulai hari. Saya coba berpikir positif saja. Sesekali saya bertingkah seperti orang gila, senyum-senyum kegirangan membayangkan semuanya menjadi lebih indah dan mudah jika saya melewati hari ini. Saya berjalan ke sebuah tempat.
Tidak terasa saya sudah berada persis di tempat itu. Lalu, rasa cemas dan gelisah itu mulai muncul. Keringat dingin mulai bergulir perlahan. Ah, apa yang saya lakukan. Kenapa hal ini menjadi seserius ini. Sudah terlanjur, saya tepis semua keraguan itu.
Tidak seburuk yang saya bayangkan. Itulah yang langsung muncul dipikiran saya. Setidaknya saya sudah sedikit lega sekarang. Ya, tidak selamanya yang serius selalu membuat kita depresi. Contohnya pagi itu, ternyata semua berlangsung dengan baik-baik saja. Saya harap akan terus begini, sampai kapanpun begini.
Tapi saya tidak akan memaksa. Biar waktu yang menjawab. Saya cuma bisa lakukan ini. Kalau memang tidak berhasil, ada dua kemungkinan. Saya akan tetap menerima dan mensyukuri ini semua, atau saya akan menghilang. Itu saja.

No comments: